Sunday, February 4, 2018

Materi Empati dalam Psikologi

      A.    Pengertian Empati
Goleman (Anayanti, 2014:388) menjelaskan bahwa istilah empati berasal dari bahasa Yunani, yaitu empatheia, yang berarti “ikut merasakan". Istilah ini pada awalnya digunakan oleh para teoritikus bidang estetika untuk menjelaskan tentang kemampuan memahami pengalaman subjektif orang lain. Pengertian tersebut diperkuat oleh Kohut, dimana Kohut (Taufik, 2012:40) menjelaskan empati sebagai suatu proses dimana seseorang berpikir mengenai mengenai kondisi orang lain yang seakan – akan dia berada pada posisi orang lain itu. Ini berarti kemampuan untuk memahami perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan imajinatif untuk membayangkan diri pada posisi orang lain merupakan point penting dalam memahami empati.
Pendapat lain dikemukakan oleh Carl Rogers (Taufik, 2012:40) yang beranggapan bahwa empati adalah melihat kerangka orang lain secara akurat dan dalam memahami orang lain tersebut individu seolah – olah masuk dalam diri orang lain sehingga bisa merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami orang itu, tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri. Tanpa kehilangan identitas diri dapat diartikan sebagai individu masih tetap memiliki kontrol atas diri dan situasi yang ada.
Selain itu,Sears, Fredman, dan Peplau (Anayanti, 2014:388) empati dapat diartikan sebagai perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa empati merupakan suatu aktivitas dimana individu memahami serta merasakan apa yang dirasakan orang lain atas kondisi yang dialaminya tanpa individu harus merasakan secara langsung apa yang dirasakan orang lain tersebut dan tetap memiliki kontrol terhadap diri dan situasi yang ada.

B. Aspek - Aspek Empati
Taufik (2012:43) dalam bukunya menulis bahwa aspek – aspek empati terdiri dari:
a. Kognitif yaitu perwujudan dari multiple dimensions, seperti kemampuan   seseorang dalam menjelaskan suatu perilaku, kemampuan untuk mengingat jejak intelektual dan verbal tentang orang, dan kemampuan untuk membedakan atau menselaraskan kondisi emosional dirinya dengan orang lain.
b. Afektif yaitu merujuk pada kemampuan menselaraskan pengalaman emosional pada orang lain.
c. Kognitif dan afektif yaitu meliputi komponen kognitif dan afektif secara bersama – sama.
d. Komunikatif yaitu ekspresi dari pikiran – pikiran empatik dan perasaan – perasaan empati terhadap orang lain yang dapat diekspresikan melalui kata – kata dan perbuatan.
Davis (Ariyanti, 2014:388) berpendapat bahwa aspek-aspek empati terdiri dari:
a. Perspective taking yaitu kecenderungan seseorang untukmengambil sudut  pandang orang lain secara spontan.
b. Fantasi yaitu kemampuan seseorang untuk mengubah diri mereka secara imajinatif dalam mengalami perasaan dan tindakan dari karakter khayal dalam buku, film , sandiwara yang dibaca atu ditontonnya.
c. Emphati concern yaitu perasaan simpati yang berorientasi kepada orang lain dan perhatian terhadap kemalangan yang dialami orang lain.
d. Personal distress, yaitu kecemasan pribadi yang berorientasi pada diri sendiri serta kegelisahan dalam menghadapi setting interpersonal yang tidak menyenangkan.
Williams, Berard & Barchard (Ariyanti, 2014:388) menjelaskan bahwa aspek empati terdiri dari:
a. Kegembiraan responsif (responsive joy) yaitu perasaan gembira dan bahagia yang dirasakan oleh individu ketika orang terdekatnya mengalami kegembiraan dan kebahagiaan.
b. Kepedulian empatik (empathic concern) yaitu perasaan sedih dan duka yang dirasakan oleh individu ketika mengetahui ada orang lain yang kurang beruntung dibandingkan dengan diri sendiri.
c. Distress responsif (responsive distress) yaitu perasaan tidaknyaman dan merasa terganggu dirasakan oleh individu ketika mengetahui orang lain mengalami masalah.
Batson & Coke (Ariyanti, 2014:388) mengatakan bahwa dalam empati terdapat aspek -aspek:
a. Kehangatan yaitu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap hangat terhadap orang lain.
b. Kelembutan yaitu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap maupun bertutur kata lemah lembut terhadap orang lain.
c. Peduli yaitu sikap yang dimiliki seseorang untuk memberikan perhatian terhadap sesama manusia maupun lingkungan disekitarnya.
d. Kasihan yaitu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap iba atau belas kasih terhadap orang lain.
Peter Lauster (Zulfan, 2013:46) maka dapat diidentifikasikan enam aspek empati, yaitu sebagai berikut :
a.    Kemampuan menyesuaikan atau menempatkan diri yaitu memiliki kemampuan  menyesuaikan atau menempatkan diri dengan keadaan diri dan orang lain.
b.    Kemampuan menerima keadaan, posisi atau keputusan orang lain yaitu hasil dari apa yang dilihat, diperhatikan, dirasakan, mempengaruhi keputusan diri untuk menerima atau menolak.
c.    Kepercayaan yaitu eseorang dapat berempati setelah mereka mempercayai apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar.
d.   Komunikasi yaitu kejelasan informasi dan ketepatan cara berkomunikasi mempengaruhi diri untuk berempati.
e.    Perhatian yaitu orang yang berempati biasanya adalah orang yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap banyak hal yang terjadi disekitarnya, kemudian dia merasakan dan berempati.
f.     Kemampuan memahami posisi dan keadaan orang lainyaitu setelah melihat, mendengar, memperhatikan, orang akan mendapatkan pemahaman sehingga orang tersebut dapat bersikap sebagaimana orang lain mengingikannya bersikap.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa empati memiliki banyak aspek, tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan aspek yang dikemukakan olehBatson & Coke (Ariyanti, 2014:388) yang menyatakan bahwa aspek empati terdiri dari kehangatan, kelembutan, peduli, dan kasihan.

C.      Faktor – Faktor Empati
Dikemukakan oleh Hoffman (Titin, 2012:109) faktor - faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menerima dan memberi empati adalah sebagai berikut :
a.    Sosialisasi yaitu bersosialisasi memberikan peluang untuk mengalami sejumlah emosi, membantu untuk lebih berfikir dan memberikan perhatian kepada orang lain, serta lebih terbuka terhadap kebutuhan orang lain sehingga akan meningkatkan kemampuan berempati.
b.    Mood dan feeling yaitu apabila seseorang dalam situasi perasaan yang baik, maka dalamberinteraksi dan menghadapi orang lain akan lebih baik sertamenerima keadaan orang lain.
c.    Proses Belajar dan Indentifikasi yaitu dalam proses belajar, anak belajar membetulkan respon-respon khas dari situasi yang khas, yang disesuaikan dengan peraturan yang dibuat oleh orang tua atau penguasa lainnya. Apa yang telah dipelajari anak di rumah pada situasi tertentu, diharapkan anak dapat menerapkannya pada waktu yang lebih luas.
d.   Situasi atau Tempat yaitu pada situasi tertentu seseorang dapat berempati lebih baik dibandingkan dengan situasi yang lain.
e.    Komunikasi dan Bahasa yaitu komunikasi dan bahasa sangat mempengaruhi seseorang dalammengungkapkan dan menerima empati.
f.     Pengasuhan yaitu lingkungan yang berempati sangat membantuanak dalam menumbuhkan empati dalam dirinya.

D. Ciri – Ciri Orang yang Berempati Tinggi
            Menurut Depag RI (Zulfan 2013:45) adapun ciri – ciri orang yang berempati tinggi adalah:
a. Ikut merasakan yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain, hal ini berarti individu mampu merasakan suatu emosi dan mampu mengidentifikasikan perasaan orang lain.
b. Dibangun berdasarkan kesadaran sendiri yaitu semakin mengetahui emosi diri sendiri dan semakin terampil merasakan perasaan orang lain.
c. Peka terhadap bahasa isyarat yaitu karena emosi dan lebih sering diungkapkan melalui bahasa isyarat yaitu mampu membaca perasaan orang lain dalam bahasa isyarat non verbal seperti ekspresi wajah, gerak – gerik dan bahasa tubuh lainnya.

d. Mengambil peran empati dan melahirkan perilaku konkret yaitu individu menyadari apa yang dirasakan setiap saat dan individu akan bereaksi dengan sensai fisiknya sendiri, tidak hanya dengan pengakuan kognitif terhadap perasaan mereka.

0 comments:

Post a Comment