A. Pengertian Empati
Goleman (Anayanti, 2014:388) menjelaskan bahwa
istilah empati berasal dari bahasa Yunani, yaitu empatheia, yang berarti “ikut merasakan".
Istilah ini pada awalnya digunakan oleh para teoritikus bidang estetika untuk
menjelaskan tentang kemampuan memahami pengalaman subjektif orang lain.
Pengertian tersebut diperkuat oleh Kohut, dimana Kohut (Taufik, 2012:40)
menjelaskan empati sebagai suatu proses dimana seseorang berpikir mengenai
mengenai kondisi orang lain yang seakan – akan dia berada pada posisi orang
lain itu. Ini berarti kemampuan untuk memahami perasaan dan emosi orang lain
serta kemampuan imajinatif untuk membayangkan diri pada posisi orang lain
merupakan point penting dalam memahami empati.
Pendapat lain dikemukakan oleh Carl Rogers (Taufik, 2012:40)
yang beranggapan bahwa empati adalah melihat kerangka orang lain secara akurat
dan dalam memahami orang lain tersebut individu seolah – olah masuk dalam diri
orang lain sehingga bisa merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan
dialami orang itu, tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri. Tanpa kehilangan
identitas diri dapat diartikan sebagai individu masih tetap memiliki kontrol
atas diri dan situasi yang ada.
Selain itu,Sears, Fredman, dan Peplau (Anayanti, 2014:388)
empati dapat diartikan sebagai perasaan simpati dan perhatian terhadap orang
lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung merasakan
penderitaan orang lain.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa empati
merupakan suatu aktivitas dimana individu memahami serta merasakan apa yang
dirasakan orang lain atas kondisi yang dialaminya tanpa individu harus
merasakan secara langsung apa yang dirasakan orang lain tersebut dan tetap
memiliki kontrol terhadap diri dan situasi yang ada.
B. Aspek - Aspek Empati
Taufik (2012:43) dalam bukunya menulis bahwa aspek –
aspek empati terdiri dari:
a.
Kognitif yaitu perwujudan dari multiple dimensions, seperti kemampuan seseorang dalam menjelaskan suatu perilaku,
kemampuan untuk mengingat jejak intelektual dan verbal tentang orang, dan
kemampuan untuk membedakan atau menselaraskan kondisi emosional dirinya dengan
orang lain.
b.
Afektif yaitu merujuk pada kemampuan menselaraskan pengalaman emosional pada
orang lain.
c.
Kognitif dan afektif yaitu meliputi komponen kognitif dan afektif secara
bersama – sama.
d.
Komunikatif yaitu ekspresi dari pikiran – pikiran empatik dan perasaan –
perasaan empati terhadap orang lain yang dapat diekspresikan melalui kata –
kata dan perbuatan.
Davis (Ariyanti, 2014:388) berpendapat bahwa
aspek-aspek empati terdiri dari:
a.
Perspective taking yaitu kecenderungan
seseorang untukmengambil sudut pandang
orang lain secara spontan.
b.
Fantasi yaitu kemampuan seseorang untuk mengubah diri mereka secara imajinatif
dalam mengalami perasaan dan tindakan dari karakter khayal dalam buku, film ,
sandiwara yang dibaca atu ditontonnya.
c.
Emphati concern yaitu perasaan
simpati yang berorientasi kepada orang lain dan perhatian terhadap kemalangan
yang dialami orang lain.
d.
Personal distress, yaitu kecemasan pribadi yang berorientasi pada diri
sendiri serta kegelisahan dalam menghadapi setting interpersonal yang tidak
menyenangkan.
Williams, Berard & Barchard (Ariyanti, 2014:388)
menjelaskan bahwa aspek empati terdiri dari:
a.
Kegembiraan responsif (responsive joy) yaitu perasaan gembira dan
bahagia yang dirasakan oleh individu ketika orang terdekatnya mengalami
kegembiraan dan kebahagiaan.
b.
Kepedulian empatik (empathic concern) yaitu perasaan sedih dan duka yang dirasakan oleh individu
ketika mengetahui ada orang lain yang kurang beruntung dibandingkan dengan diri
sendiri.
c.
Distress responsif (responsive distress) yaitu perasaan tidaknyaman dan merasa terganggu dirasakan oleh
individu ketika mengetahui orang lain mengalami masalah.
Batson & Coke (Ariyanti, 2014:388) mengatakan
bahwa dalam empati terdapat aspek -aspek:
a.
Kehangatan yaitu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap hangat
terhadap orang lain.
b.
Kelembutan yaitu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap maupun
bertutur kata lemah lembut terhadap orang lain.
c.
Peduli yaitu sikap yang dimiliki seseorang untuk memberikan perhatian terhadap
sesama manusia maupun lingkungan disekitarnya.
d.
Kasihan yaitu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap iba atau belas
kasih terhadap orang lain.
Peter Lauster (Zulfan, 2013:46) maka dapat
diidentifikasikan enam aspek empati, yaitu sebagai berikut :
a. Kemampuan
menyesuaikan atau menempatkan diri yaitu memiliki kemampuan menyesuaikan atau menempatkan diri dengan
keadaan diri dan orang lain.
b. Kemampuan
menerima keadaan, posisi atau keputusan orang lain yaitu hasil dari apa yang
dilihat, diperhatikan, dirasakan, mempengaruhi keputusan diri untuk menerima
atau menolak.
c. Kepercayaan
yaitu eseorang dapat berempati setelah mereka mempercayai apa yang mereka lihat
dan apa yang mereka dengar.
d. Komunikasi
yaitu kejelasan informasi dan ketepatan cara berkomunikasi mempengaruhi diri
untuk berempati.
e. Perhatian
yaitu orang yang berempati biasanya adalah orang yang memiliki kepedulian dan
perhatian terhadap banyak hal yang terjadi disekitarnya, kemudian dia merasakan
dan berempati.
f. Kemampuan
memahami posisi dan keadaan orang lainyaitu setelah melihat, mendengar,
memperhatikan, orang akan mendapatkan pemahaman sehingga orang tersebut dapat
bersikap sebagaimana orang lain mengingikannya bersikap.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa empati memiliki banyak aspek, tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya
menggunakan aspek yang dikemukakan olehBatson & Coke (Ariyanti, 2014:388) yang
menyatakan bahwa aspek empati terdiri dari kehangatan, kelembutan, peduli, dan
kasihan.
C.
Faktor
– Faktor Empati
Dikemukakan oleh Hoffman (Titin, 2012:109) faktor - faktor
yang mempengaruhi seseorang dalam menerima dan memberi empati adalah sebagai
berikut :
a. Sosialisasi
yaitu bersosialisasi memberikan peluang untuk mengalami sejumlah emosi,
membantu untuk lebih berfikir dan memberikan perhatian kepada orang lain, serta
lebih terbuka terhadap kebutuhan orang lain sehingga akan meningkatkan
kemampuan berempati.
b. Mood
dan
feeling yaitu apabila
seseorang dalam situasi perasaan yang baik, maka dalamberinteraksi dan
menghadapi orang lain akan lebih baik sertamenerima keadaan orang lain.
c. Proses
Belajar dan Indentifikasi yaitu dalam proses belajar, anak belajar membetulkan
respon-respon khas dari situasi yang khas, yang disesuaikan dengan peraturan
yang dibuat oleh orang tua atau penguasa lainnya. Apa yang telah dipelajari
anak di rumah pada situasi tertentu, diharapkan anak dapat menerapkannya pada
waktu yang lebih luas.
d. Situasi
atau Tempat yaitu pada situasi tertentu seseorang dapat berempati lebih baik
dibandingkan dengan situasi yang lain.
e. Komunikasi
dan Bahasa yaitu komunikasi dan bahasa sangat mempengaruhi seseorang
dalammengungkapkan dan menerima empati.
f. Pengasuhan
yaitu lingkungan yang berempati sangat membantuanak dalam menumbuhkan empati
dalam dirinya.
D. Ciri – Ciri Orang yang Berempati
Tinggi
Menurut Depag RI (Zulfan 2013:45)
adapun ciri – ciri orang yang berempati tinggi adalah:
a.
Ikut merasakan yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain,
hal ini berarti individu mampu merasakan suatu emosi dan mampu
mengidentifikasikan perasaan orang lain.
b.
Dibangun berdasarkan kesadaran sendiri yaitu semakin mengetahui emosi diri
sendiri dan semakin terampil merasakan perasaan orang lain.
c.
Peka terhadap bahasa isyarat yaitu karena emosi dan lebih sering diungkapkan
melalui bahasa isyarat yaitu mampu membaca perasaan orang lain dalam bahasa
isyarat non verbal seperti ekspresi wajah, gerak – gerik dan bahasa tubuh
lainnya.
d.
Mengambil peran empati dan melahirkan perilaku konkret yaitu individu menyadari
apa yang dirasakan setiap saat dan individu akan bereaksi dengan sensai
fisiknya sendiri, tidak hanya dengan pengakuan kognitif terhadap perasaan
mereka.
0 comments:
Post a Comment